Wuah! Panas-panas begini enaknya bikin cerita pendek....sambil minum es jeruk dan makan keripik pisang. Saya mau share ke semuanya nih. Cerita tentang seorang anak bernama Linoid (namanya aneh yah). Hope u like it

.
This is the story about Little Linoid…
***
Linoid kecil yang malang tidak dapat menahan air mata ketika peti mati kedua orang tuanya diturunkan ke liang lahat. Linoid berusaha mengusap air mata yang terus mengalir itu dengan lengan jas hitamnya sambil memeluk Rain, adiknya. Rain yang baru berumur 3 tahun tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Itulah yang membuat Linoid kecil resah. Bagaimana ia akan menjelaskan kepada Rain tentang hal ini? Jawaban apa yang harus diberikannya jika Rain menanyakan tentang keberadaan kedua orang tuanya kelak? Dan pertanyaan yang paling membuatnya sedih adalah, bagaimana nasib mereka berdua setelah ini?

Linoid kecil dan adiknya tidak punya sanak saudara yang masih hidup. Satu-satunya hanyalah kakek mereka yang berada jauh di kota terpencil. Yang bahkan tidak datang ke acara pemakaman. Atau mungkin bahkan tidak tahu menahu tentang berita kecelakaan kereta api yang menewaskan anak serta menantunya sendiri. Jadi siapa yang akan mengasuh mereka? Apakah mereka akan tinggal di jalanan atau dikirimkan ke panti asuhan?

Linoid kecil yang baru berumur 5 tahun memikirkan semua pertanyaan itu disela-sela tangisannya. Meskipun tidak mendapat jawabannya, namun Linoid yang cerdas tidak putus asa mencari akal. Sampai akhirnya kedua kakak beradik itu dibawa oleh paman Derek, teman kecil ayahnya, ke Jakarta.
Paman Derek sebenarnya adalah orang yang baik. Namun karena ia adalah seorang pemabuk, maka terkadang emosi paman Derek tidak bisa dikontrol. Apabila sedang mabuk, ia sering lupa diri dan memarahi Rain yang sering merengek. Dan apabila pulang dengan tangan kosong gara-gara kalah judi, paman Derek melampiaskan kekesalannya dengan memukulkan rotan kepada si Linoid kecil.

Karena jarang diberi makan oleh paman Derek, akhirnya Linoid yang sudah berumur 9 tahun pun mencari uang dengan bekerja sebagai tukang antar koran, penjual kue kering, sampai tukang cuci mobil. Uang itu pun ia gunakan untuk membeli roti untuknya dan adiknya. Roti yang paling disukainya adalah roti blueberry.
Disela-sela kerja kerasnya mengantarkan koran, Linoid sering mampir ke sebuah karavan sirkus yang digelar di pusat kota selama beberapa minggu. Yang ia sukai bukan pertunjukan sirkusnya, melainkan sulap! Meski hanya bisa melihatnya dari jauh, namun ia tetap berusaha agar tidak ketinggalan atraksi sulap dari pemain sulap favoritnya, Magic Megucci. Dan atraksi yang paling mengesankan baginya adalah ketika Magic Megucci menutup permainan sulapnya dengan menghilang dibalik asap putih. Dan pada suatu hari, Magic Megucci pernah muncul secara tiba-tiba di depan Linoid yang mengintip pertunjukannya dari belakang mobil van milik anggota sirkus. Sungguh pengalaman yang paling mengesankan bagi Linoid

. Dan topi sulap pemberian dari Magic Megucci yang didapatnya saat itu selalu dipakainya siang dan malam. Sayang, setelah hari itu karavan sirkus bubar dan pergi ke kota lain, begitu pula Magic Megucci. Linoid sedih selama beberapa hari, namun kembali bersemangat mengantarkan koran karena telah muncul ide baginya untuk mengumpulkan uang dan membeli peralatan sulap sendiri. Ia bercita-cita menjadi seorang pemain sulap yang handal seperti Magic Megucci.
Pada ulang tahun Rain yang ke 10, Linoid mengajak adiknya pergi jalan-jalan sambil mengantar koran. Satu-satunya yang ingat dengan hari ulang tahun Rain hanyalah Linoid. Bahkan paman Derek pun sama sekali tidak mengucapkan “selamat ulang tahun” kepada gadis kecil itu. Ia terlalu sibuk berjudi dan mabuk-mabukan.
Linoid sangat menyayangi adiknya. Ia mengajak Rain jalan-jalan menyusuri pertokoan kota. Ia membeli sebuah roti Blueberry dan 10 lilin kecil untuk Rain. Bagi Rain, saat itu adalah saat yang paling membahagiakan. Namun ia bertanya-tanya dalam hatinya, “kenapa ayah dan ibu tidak pulang dan mengucapkan selamat ulang tahun padaku?”. Ia memendam pertanyaan tentang orang tuanya dalam hati dan tidak pernah sekalipun bertanya kepada Linoid. Baginya, Linoid sudah merupakan orang tua dan kakak yang baik

.
“Wah, bonekanya cantik!” seru Rain sambil menempelkan wajahnya di kaca etalase untuk melihat boneka itu dengan jelas. Boneka Teddy Bear berwarna pink yang dipajang di etalase toko itu telah menarik perhatiannya. Tak pernah ia merasakan minat yang sebesar itu terhadap suatu benda sebelumnya. Ia sangat menginginkan boneka itu, namun tidak berani mengatakannya kepada Linoid. Ia tahu betul bagaimana kondisi keuangan mereka saat itu. Maka disaat Linoid mengajaknya pergi menjauhi toko boneka itu, Rain terpaksa menurut dengan perasaan sedih

.
Namun Linoid tahu apa yang diinginkan adiknya itu. Maka esoknya ia pergi bekerja dengan giat untuk mengumpulkan uang dan membeli boneka Teddy Bear pink itu. 3 hari lamanya ia sabar menunggu sampai akhirnya uang yang dipunyainya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu.
Linoid kecil pun berlari dengan riang menuju toko boneka itu sambil membawa beberapa uang hasil kerja kerasnya. Namun ditengah perjalanan, ia dicegat oleh beberapa anak-anak berandalan yang lebih tua darinya. Mereka memaksa Linoid untuk menyerahkan segala sesuatu yang ia punyai. Linoid kecil sangat takut dan tidak bisa melawan, ia hanya menunduk sambil mencengkram uangnya dengan erat. Melihat itu, para berandalan pun menarik dengan paksa uang itu dari tangan Linoid. Lalu karena kesal, mereka memukuli Linoid hingga bocah itu tersungkur dan berdarah. Linoid tidak bisa melawan. Tubuhnya yang kurus dan kecil tidak memungkinkannya melawan keenam berandalan yang tubuhnya besar-besar itu. Maka setelah itu ia pun berjalan menyusuri pertokoan dengan wajah babak belur sambil menangis. Kemudian ia menanyakan satu hal yang tidak bisa ia temui jawabannya. Kenapa orang-orang yang lebih tua selalu merampas apa yang dimilikinya..? Paman Derek, serta para berandalan itu adalah sama saja! Mereka merampas semua milik Linoid, dan itu menyebabkan bocah kecil itu menjadi benci dengan orang-orang. Semua orang

. Dan ketika Linoid kecil yang malang berdiri di depan toko boneka, ia memikirkan gagasan yang sama sekali tidak masuk akal. Sungguh kesalahan yang sangat fatal yang ditimbulkan dari rasa kesal dan putus asa.
“Rain, Rain! Lihat!” Linoid kecil berlari memasuki rumah sambil membawa boneka Teddy Bear bersamanya. Adiknya yang sedang memberi makan ayam pun terkejut mendengar teriakan kakaknya. Namun ia lebih terkejut lagi ketika melihat boneka Teddy Bear yang sangat diinginkannya dibawa pulang oleh kakaknya.
Rain tidak pernah sesenang ini. Ia terus-menerus tertawa dan menari-nari bersama boneka itu dengan riang

. Namun ketika Rain bertanya kepada Linoid bagaimana cara kakaknya itu membeli boneka itu, Linoid hanya bisa menunduk sambil menjawab dengan takut-takut, “dengan hasil tabungan,”. Padahal dalam hatinya ia menyesal telah membohongi Rain. Tidak, ia tidak membelinya dengan uang tabungan, melainkan mencurinya dari toko boneka.
Tapi Linoid tidak peduli. Ia sudah merasa senang jika telah membahagiakan Rain.
Tahun Baru 2006
Pada tanggal 2 Januari, Linoid ulang tahun ke 13. Dan paman pun mendapat sepucuk surat dari kakek. Paman memanggil Linoid dan Rain ke ruang tamu. Ruang tamu mereka kecil dan berantakan. Banyak botol-botol minuman keras dan baju-baju kotor berserakan di lantai. Linoid selalu membereskannya setiap hari, namun pamannya selalu memarahinya karena itu.
“Duduklah…!” seru paman Derek. Lalu mereka pun duduk. Linoid tidak berani menatap mata paman Derek, karena mata itu selalu menatap tajam menusuk. Daerah gelap pada matanya selalu mengingatkan Linoid pada tanah kuburan

. “Besok kalian akan kubawa ke Strannost, mengunjungi Leonard tua itu. Jadi cepatlah berkemas!”
Leonard… Leonard… Linoid tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Namun setelah mendengar kata Strannost, Linoid dengan cepat mengerti. Besok mereka akan pergi mengunjungi kakeknya!
Kakek, adalah orang yang jauh dari bayangan Linoid. Ia tidak bisa mengira-ngira bagaimana rupa kakeknya itu. Ia tidak pernah melihat atau pun bertemu dengannya. Itulah yang membuatnya menjadi takut. Ia tidak mau bertemu dengan orang asing, dan berada di kota yang asing pula. Linoid takut bertemu dengan kakeknya yang tidak pernah ia lihat sama sekali sebelumnya. Namun esoknya, ia sudah berada di Strannost.
Strannost adalah sebuah kota terpencil yang berada di bagian utara pegunungan Alpen. Tidak banyak orang yang mengenal daerah itu, begitu pula Linoid. Ia merasa asing sekaligus takjub berada di kota itu. Deretan pegunungan dan angin sejuk berhembus menyapa mereka. Di jalanan yang basah, banyak orang-orang berjalan dan berlari kesana-kemari. Mereka semua memakai mantel untuk melindungi tubuh mereka dari udara dingin.
Linoid dan adiknya tidak memiliki mantel atau pun jaket untuk menghangatkan tubuh. Mereka hanya memakai kaos tipis dan celana katun dengan warna yang seragam

. Linoid juga memakai topi Inggris yang didapatnya dari Magic Megucci dulu di kepalanya ―sesuatu yang dianggap tolol oleh paman Derek. Hanya itu satu-satunya pakaian yang ia punyai karena pakaian-pakaiannya yang lain telah dijual oleh paman untuk membayar cicilan hutang. Namun ia masih merasa beruntung karena paman tidak menjual topi kesayangannya.
“Cepat jalan, bodoh!” paman mendorong tubuh Linoid dengan kasar. Ia pun segera berjalan mengikuti paman dan adiknya sambil berusaha menyeret tas hitam besar milik pamannya. Ia masih terkagum-kagum menatap bangunan-bangunan dari kaca yang berdiri berjajar di sekeliling mereka. Tidak pernah ia melihat sesuatu yang semegah itu.
Namun ada sesuatu yang lebih menyita perhatian Linoid, yaitu adalah sebuah kerumunan orang-orang di sudut trotoar. Ia tidak tahu apa yang menjadi pusat perhatian orang-orang itu, namun ia mencoba untuk mencari tahu.
“Permisi! Aduh, permisi..” Linoid berusaha menerobos kerumunan yang padat itu. Berkat tubuhnya yang kecil, ia berhasil maju ke barisan depan dan dengan segera mengetahui apa yang membuat orang-orang begitu heboh. Dan itu ternyata membuatnya terkejut sekaligus gembira setengah mati

.
Ditengah-tengah kerumunan, seorang pesulap menggelar sebuah pertunjukan kecil. Linoid masih ingat betul jubah hitam dan topi coklat yang selalu dikenakan oleh pesulap itu. Dia adalah Magic Megucci! Linoid benar-benar tidak percaya dengan apa yang ada didepannya saat itu. Ia bersorak kegirangan dan bertepuk tangan disetiap trik-trik sulap yang di tunjukkan oleh Magic Megucci. Bahkan sampai lupa tentang perjalanan menuju rumah kakeknya. Ia lupa dengan paman Derek, ia lupa dengan Rain, Linoid seolah lupa segala hal. Ia telah hanyut dalam permainan sulap Magic Megucci. Oh, betapa ia sangat menyukai sulap!
Tapi, beberapa saat sebelum Magic Megucci menutup pertunjukannya, tiba-tiba paman Derek datang dan menarik tangan Linoid dengan kasar dari tengah kerumunan. Ia menyeret tubuh Linoid yang kecil dan mendorongnya di tengah jalanan yang basah.
“Dasar bocah tolol! Kau pikir kita sedang berlibur!? Tidak ada waktu untuk melihat-lihat pertunjukan tolol seperti itu!” seru paman sambil memukul lengan Linoid dengan rotan yang selalu dibawanya. Linoid tidak menghiraukan rasa sakit dari pukulan paman, ia tidak merasa sedih, atau malah bersalah. Yang ada dipikirannya saat itu adalah, ia tidak sempat melihat Magic Megucci menutup pertunjukannya, dan itu sangat mengecewakan

.
Semua orang yang ada di sekitar mereka memandangi Linoid kecil dengan perasaan iba. Namun tidak ada satu orang pun yang menaruh peduli terlalu lama terhadap mereka. Tidak ada yang berusaha menghentikan paman, kecuali satu orang. Dialah Magic Megucci.
Sambil memegangi rotan yang dipakai paman untuk memukul Linoid, Magic Megucci tersenyum dan berkata, ”tolong, lepaskan rotannya, dan anak ini.”, kepada paman. Wajah Linoid seketika memerah dan matanya membelalak lebar sama seperti mulutnya. Sedangkan paman hanya menatap rotan yang dipegangnya dengan takut-takut, dan kerumunan pun mendadak beralih mengelilingi mereka.
“A…apa katamu!? Tidak usah ikut campur! Anak ini…” paman menatap Linoid dengan marah

. Bocah kecil itu tidak ingin membayangkan bagaimana ia akan di siksa habis-habisan oleh paman Derek nantinya. Namun tanpa basa-basi, Magic Megucci menggandeng tangan Linoid dan berseru, “Ladies and Gentleman! Saksikanlah akhir dari pertunjukan saya, saat ini juga!”, dan setelah itu, sebuah asap putih tiba-tiba keluar dari jubah yang dikenakan Magic Megucci. Asap itu menghalangi pandangan mata selama sesaat, namun langsung menghilang dengan cepat, bersamaan dengan menghilangnya sosok Magic Megucci, dan bocah kecil bernama Linoid.
Kau tahu apa yang terjadi dengan Linoid kecil sejak saat itu..? Ia tinggal dan dibesarkan oleh Magic Megucci. Setiap hari ia belajar macam-macam teknik sulap dengan Magic Megucci. Linoid sangat senang dan menganggap Magic Megucci sebagai ayahnya sendiri, begitu pula sebaliknya. Namun ada sesuatu yang membuat hati Linoid resah. Ia tidak bisa tidur pada malam hari karena selalu memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini. Bagaimana dengan Rain? Apakah dia baik-baik saja? Dimana ia tinggal sekarang? Tuhan, tolong jaga adikku dari hal-hal yang buruk. Amin. Setelah itu barulah Linoid dapat tertidur

.
Linoid yang sudah berusia 19 tahun menggelar pertunjukan pertamanya di tengah kota. Ia menampilkan semua teknik-teknik sulap yang telah dikuasainya dari Magic Megucci. Penonton pun terlihat antusias. Perasaan Linoid sangat senang melihat hal itu. Laki-laki, perempuan, tua, dan muda, semuanya datang melihat penampilannya. Bahkan lady Letticia ―seorang putri bangsawan eL Claris― pun datang menonton didampingi oleh salah seorang pelayannya.
Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Linoid. Yaitu adalah seorang gadis cantik yang mengenakan gaun pendek berwarna hijau lumut dan tudung kepala hijau muda yang duduk di salah satu kursi penonton. Ia juga didampingi oleh seorang pelayan. Tidak ada yang janggal dari itu semua kecuali ekspresi wajahnya. Gadis itu, tidak terlihat senang dengan permainan sulap Linoid. Ia hanya menatap Linoid dengan ekspresi kosong dan tatapan mata yang tajam. Disaat semua orang tersenyum dan berteriak kegirangan, gadis itu tidak bereaksi apa-apa. Melihat hal itu, Linoid menjadi sedih dan penasaran. Apakah permainan sulapnya tidak cukup menghibur bagi gadis bergaun hijau lumut itu? Apakah gadis itu sedang bersedih? Dalam hati, Linoid berjanji apabila bertemu lagi dengan gadis itu, ia akan membuat gadis itu tersenyum.
Namun Linoid tidak tahu betapa sulitnya hal itu.
***
Udah, itu aja ceritanya. Sorry kalo membosankan

. Saya akan membuat yang lebih keren lagi (kapan-kapan). Rencananya sih, bakalan membuat lanjutan dari cerita ini, tapi dalam versi lain. Jadi doain yah, semoga saya nggak malas untuk membuatnya. Ehm, tolong commentnya juga dong.....

. Thanks....^^